Salah satu pertanyaan yang sering diajukan bilamana dua orang bertemu satu dengan yang lain adalah “Siapakah namamu?” “What is your name?” “Jenengmu sapa?” (Kejadian 32:27). Tujuan pertanyaan dengan menanyakan “nama” adalah demi pengenalan yang akrab dan intim antara dua orang sahabat. Pengenalan yang dimaksudkan tersebut bukanlah sekedar ilmu bahasa atau istilah, namun yang paling penting adalah ilmu keselamatan atau kehidupan sejati dan abadi.
Keselamatan adalah suatu hubungan yang akrab dan intim antara Sang Pencipta dan umat manusia. Itulah sebabnya, Yesus Kristus mendefinisikan “hidup kekal sebagai pengenalan akan Allah yang sejati melalui Yesus Kristus sebagai satu-satunya Jalan Kebenaran menuju Hidup sejati dan abadi” (Yohanes 17:3; 14:6; Kisah 4:12). Dengan demikian, bilamana kita membaca Alkitab tentang orang beriman sebagai “Orang yang menyebut Nama Allah” (Kejadian 4:26; Yoel 2:32), penekanannya bukanlah ilmu bahasa atau istilah melainkan ilmu keselamatan.
Pertanyaan yang sama inilah yang umat manusia ingin tanyakan kepada “Sang Raja Sorga” yaitu “Sang Pencipta dan Penguasa alam semesta.” Apakah Nama Allah? Apakah yang Alkitab nyatakan tentang NAMA ALLAH? Pemazmur menyatakan bahwa “nama-Nya kudus dan dahsyat” (Mazmur 111:9). Dari segi dinamis, pernyataan itu berarti, “Nama Allah adalah istimewa, spektakuler, lain dari yang lain dan luar biasa serta Yang paling dihormati” ( Kerinduan Segala Zaman, 2: 246). Itulah sebabnya berdasarkan Firman ketiga di dalam Dekalog atau Sepuluh Firman, umat manusia diharapkan agar “tidak akan atau tidak mau menyebut Nama Allah secara sembarangan” (Keluaran 20:7; Ulangan 5:11). Firman ketiga ini mewajibkan umat manusia sebagai ciptaan Allah yang termulia untuk “menghormati dengan penuh kemuliaan terhadap Raja Sorga” (“In Vain” [Keluaran 20:7], Bible Commentary, 1: 603-604).
Berdasarkan pernyataan tersebut, apakah yang Alkitab maksudkan dengan “Nama Allah,” sehingga begitu banyak istilah yang didokumentasikan di dalamnya? Apakah Alkitab memberitahukan tentang nama pribadi Allah atau personal name of God? Kalau nama-Nya adalah nama Pribadi Allah, tentunya cukup hanya SATU. Namun berdasarkan realita, Alkitab menampilkan banyak sekali “Nama-Nya.” Dengan demikian, apakah makna sebenarnya keberadaan nama-Nya di dalam Alkitab?
Situasi dan kondisi seperti inilah yang pernah dialami Musa, hamba Raja Sorga yang lemah lembut pada saat dia diutus untuk memimpin umat Raja Sorga keluar dari perbudakan Mesir. Musa menyebutkan pertanyaan bangsa Israel: “Bagaimana tentang nama-Nya?” Lalu Musa berkata kepada YHWH: “Apakah yang harus kujawab?” (Keluaran 3:13). Atas dasar pemikiran ini, dengan tuntunan Roh Kudus yang sama juga dengan Roh Nubuat dan Roh Kebenaran, kita akan mendalami makna “NAMA ALLAH” di seluruh Alkitab. Melalui studi kata, mulai dari Kejadian sampai Wahyu, berdasarkan ilmu keselamatan, kita akan mengamati pokok pembicaraan, yaitu APA KATA ALKITAB TENTANG “NAMA ALLAH.”
Pembahasan Khusus
Berbicara tentang “Nama,” kamus Alkitab mendefinisikannya dengan pengertian “sifat dan kepribadian serta tabiat dari orang yang bersangkutan” (Siegfried Horn, Bible Dictionary (SDABD), s.v., “Name”). Bible Commentary (SDABC) mencatat dalam sebuah artikel yang berjudul “Nama-nama Allah di Alkitab Perjanjian Lama.” “Makna sebuah nama dihubungkan dengan tanda pengenal atau lambang. Hal itu menjelaskan ciri-ciri orangnya.” Oleh sebab itu, “Nama Allah di dalam Alkitab adalah sebuah ungkapan perasaan atau sebuah pernyataan Allah yang berhubungan erat dengan persekutuan Pribadi-Nya dengan umat manusia melalui sarana ilmu keselamatan.” Bahkan berdasarkan istilah orang Ibrani, “Nama boleh juga diterjemahkan dengan orang.” Sebagai contoh nyata di Alkitab, misalnya di Markus 6:14; 11:9; Yohanes 2:23, ungkapan-ungkapan “Nama-Nya sudah terkenal,” “Dalam Nama Tuhan,” dan “Dalam Nama-Nya,” dihubungkan dengan seseorang dan bukan sekedar sesuatu (SDABC, 1:170).
Secara khusus bisa kita mulai dengan nama Adam. Nama Adam bukanlah nama pribadinya, namun nama itu adalah sifat dan kepribadiannya. Adam adalah istilah bahasa Ibrani yang pertama kali tampil di Alkitab di Kejadian 1:26-27, yang dalam bahasa Indonesia artinya manusia (Lihat Alkitab: Kabar Baik dalam bahasa Indonesia sehari-hari di Kejadian 3:20). Dalam Alkitab Septuaginta, yaitu Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, kata Adam adalah Anthropos. “Antropologi artinya ilmu tentang manusia” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 2, 1995, s.v., “Antropologi”).
Alkitab bahasa Inggris Kontemporer menyebutnya “human.” Alkitab bahasa Jawa menamainya “manungsa.” Alkitab bahasa Karo mengidentifikasikannya dengan “manusia.” Alkitab bahasa Sunda menyatakannya dengan “manusa.” Alkitab bahasa Batak Toba menyebutnya “jolma.” Alkitab orang Toraja memanggilnya dengan “tolino.” Alkitab Timor Dawan menyebutnya “mansian.” Semua istilah yang tampil berdasarkan budaya masing-masing mengarah kepada kepribadiannya dan bukan kepada pribadinya.
Hal yang sama juga terjadi dengan nama “Hawa.” Ini juga adalah nama kepribadian bukan nama pribadinya. Nama itu tampil pertama kali di Kejadian 3:20 yang artinya adalah “kehidupan” (Alkitab: Kabar Baik). Alkitab mencatat, “Manusia [Adam] itu memberi nama Hawa [Hawa] kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.” Alkitab Septuaginta menamakannya Zoe yang artinya kehidupan. Alkitab bahasa Inggris menyebutnya “Eve” [istilah yang berasal bahasa Latin kuno, “Eva” yang artinya adalah “kehidupan.”] Alkitab Jawa memanggilnya “Kawa.” Alkitab bahasa Karo, Timor Dawan, Sunda, Toraja dan Batak Toba, semuanya menyebutkannya dengan “Hawa.” Nama “Hawa” tampil di Alkitab sebagai sifat dan kepribadian dan bukan nama pribadinya.
Nama YHWH
Kita mulai pertama kali dengan Nama Raja Sorga yang dalam bahasa Ibrani terdiri atas 4 huruf, yaitu YHWH. Nama ini adalah ciri khusus umat Allah di zaman Perjanjian Lama. Istilah ini adalah hak paten bangsa Israel. Sebuah nama yang memperkenalkan kepribadian Raja Sorga Yang Hidup Kekal dan Mahakuasa serta Mahakasih. Nama ini diperkenalkan kepada Musa, sebagai penulis Alkitab yang pertama, sewaktu dia dipanggil untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Memang istilah ini muncul pertama kali di Kejadian 2:4b-25 dalam ruang lingkup lembaga rumah tangga yang diperkenalkan sebagai sarana ilustrasi ilmu keselamatan. Beginilah ceritanya di Keluaran 3.
Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? — apakah yang harus kujawab kepada mereka?”
Sang Raja Sorga langsung menjawabnya di ayat 14 sebagai berikut:
Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu” (Alkitab Terjemahan Baru).
Kata Allah, “Aku adalah AKU ADA. [AKU ADA: Bunyinya seperti kata Ibrani "Yahweh" yang diterjemahkan dengan kata "TUHAN"]. Inilah yang harus kaukatakan kepada bangsa Israel, Dia yang disebut AKU ADA, sudah mengutus saya kepada kamu (Alkitab: Kabar Baik dalam bahasa Indonesia Sehari-hari).
Didok Debata ma tu si Musa, “Au do Au Na Adong. [AU NA ADONG: Pandokna songon goar Ibrani "Yahweh" na marastuan "Tuhan"]. I ma dohononmu tu halahi, ‘Na nigoaran i Au Na Adong i do na marsuru au manopot hamu. (Alkitab Batak Angkola)
Nakkeda Allataala, “Iyya iyanaritu IYYA ENGKA. [IYYA ENGKA: Oninna pada-pada ada Ibrani "Yahwéh" iya ribettuwangiyé sibawa ada "PUWANG"]. Iyanaé harusu mupowada lao ri bangsa Israélié, Aléna iya riteppué IYYA ENGKA, pura suroka lao ri iko. (Alkitab Bugis)
Pangandikané Pangéran, “Aku iki Panjenengané Kang Ana. Wong-wong mau kudu kokkandhani, ‘Panjenengané Kang Ana wis ngutus aku nemoni kowé kabèh. (Alkitab Jawa)
Nina Dibata man Musa, “Enda me si arus ikatakenndu man bana, ‘Si tergelar AKU TETAP AKU enggo nuruh aku njumpai kam. (Alkitab Karo)
Timbalan Allah, “Kami teh Anu Jumeneng. Sebutkeun kieu, ‘Kami diutus ku anu ngangkenkeun ANU JUMENENG. (Alkitab Sunda)
Dung i ninna Debata ma tu si Musa: Ahu nuaeng Ahu sogot. Dung i ninna muse: Songon on do dohononmu tu halak Israel: Jahowa marsuru ahu tu hamu (Alkitab Toba Batak).
Sebutan “AKU ADALAH AKU” pada saat Musa menulisnya di zaman Perjanjian Lama erat hubungannya dengan Si Empat Huruf yaitu YHWH. Bacaannya boleh YAHWEH boleh juga YEHOWAH. Terjemahan yang baku bukanlah satu kata melainkan satu kalimat. Sebenarnya tak seorang pun yang tahu sebutan ke-4 huruf ini. Karena berdasarkan tradisi orang Yahudi sesuai Firman ketiga, mereka tidak mau menyebut nama YHWH, itu sebabnya mereka panggil dengan sebutan Adonai yang artinya “Tuan, Majikan ataupun bos” (SDABC, 1:171-172). Bahkan lebih jauh lagi, mereka juga memanggilnya dengan sebutan “Sorga.” Dengan demikian, “Sorga” adalah salah satu dari Nama Allah—lihat Daniel 4:26; Matius 21:25-26; Markus 11:30; Lukas 15:18, 21 (SDA BD, s.v., “Heaven”). Itu sebabnya, untuk mendapatkan konsep yang mudah dan tepat tentang sebutan YHWH, yang patut dilakukan bukanlah membuka kamus di luar Alkitab melainkan BACA CERITANYA DI DALAM ALKITAB secara seksama dan tuntas.
Musa sendiri melalui doanya di Mazmur 90:1-2 memberi jawaban yang tegas dan jelas tentang YHWH sebagai berikut:
Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
Dengan kata lain, pemahaman sebutan YHWH berdasarkan Keluaran 3:14 yaitu “AKU ADALAH AKU,” didefinisikan melalui doa Musa di Mazmur 90:1-2. Singkatnya, YHWH yaitu AKU ADALAH AKU mengarahkan pikiran kita kepada situasi dan kondisi Sang Raja Sorga Yang Ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Expresi inilah yang sering diungkapkan di akhir sebuah doa: “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan Kuasa dan Kemuliaan sampai selama-lamanya.”
Itulah sebabnya, Pemazmur menegaskan: “Nama-Nya Kudus dan Dahsyat” (Mazmur 111:9). Apa yang ditegaskan di ayat ini bukanlah berdasarkan kwantitas melainkan berdasarkan KWALITAS. Pengertian “Nama” dihubungkan dengan sifat, tabiat dan kuasa-Nya. Apa yang disebutkan tentang “Nama,” yang berhubungan erat dengan Sang Raja Sorga, bukanlah “Nama Pribadi atau Personal Name” melainkan nama sifat ataupun nama tabiat. Pengertian “Nama-Nya kudus dan dahsyat” dapat diartikan bahwa Sifat dan Tabiat serta Kuasa-Nya spektakuler dan luar biasa serta tidak ada tandingannya. YHWH sajalah yang patut dimuliakan, disembah, ditinggikan, karena Dia adalah Yang Hidup Kekal, Yang Mahakuasa, Yang Mahahadir dan Mahakasih.
Bagaimana pembaca Alkitab dapat memahami bahwa pengertian “Nama-Nya” yang bukanlah “Nama Pribadi” melainkan “Nama Sifat ataupun Nama Tabiat?” Ceritanya dapat dibaca dalam pengalaman Musa di Keluaran 33:18-34:7 sebagai berikut:
Tetapi jawabnya: “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” Tetapi firman-Nya: “Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama YHWH di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku [maksudnya Pribadi-Nya secara langsung], sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.” Berfirmanlah YHWH: “Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat.
Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.” Berfirmanlah YHWH kepada Musa: “Pahatlah dua loh batu sama dengan yang mula-mula, maka Aku akan menulis pada loh itu segala firman yang ada pada loh yang mula-mula, yang telah kaupecahkan. [Dua loh batu adalah gambaran Sifat, Tabiat dan Kuasa YHWH]. Bersiaplah menjelang pagi dan naiklah pada waktu pagi ke atas gunung Sinai; berdirilah di sana menghadap Aku di puncak gunung itu. Tetapi janganlah ada seorang pun yang naik bersama-sama dengan engkau dan juga seorang pun tidak boleh kelihatan di seluruh gunung itu, bahkan kambing domba dan lembu sapi pun tidak boleh makan rumput di sekitar gunung itu.”
Lalu Musa memahat dua loh batu sama dengan yang mula-mula; bangunlah ia pagi-pagi dan naiklah ia ke atas gunung Sinai, seperti yang diperintahkan YHWH kepadanya, dan membawa kedua loh batu itu di tangannya. Turunlah YHWH dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan Nama YHWH. Berjalanlah YHWH lewat dari depannya dan berseru: ” YHWH, YHWH, Yang penyayang dan pengasih, [dalam Alkitab Terjemahan Lama berbunyi, Hua, Hua, Allah, arrahmani arrahimi], Yang panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” [Apa yang tampil di sini adalah Sifat, Tabiat dan Kuasa YHWH].
Di Kejadian 2:4-25, YHWH tampil sebagai “Suami umat-Nya” Yang berfungsi sebagai Pemelihara, Pelindung dan Pemberi Pahala bagi umat-Nya. Demikianlah juga, pada waktu bangsa Israel dipilih sebagai “umat kesayangan-Nya” (Keluaran 19:5-6), YHWH tampil sebagai “Suami Yang Selalu Setia” (Baca seluruh kitab Hosea, khususnya 2:15 dan juga Yesaya 54:5; Maleakhi 2:11). Dengan demikian, makna Dekalog atau Sepuluh Firman di Keluaran 20:1-17 adalah SURAT PERJANJIAN PERNIKAHAN. Itulah sebabnya didokumentasikan dengan paten di “dua log batu” yang artinya ada dua arsip. Satu untuk Suami yaitu YHWH dan satu lagi untuk istri yaitu umat-Nya, Israel—Baca Keluaran 31:18; 32:15-16). Konsep ini diterapkan juga di Perjanjian Baru, yang mana Yesus Kristus berfungsi sebagai Suami dan Jemaat-Nya sebagai istri (Epesus 5:32; Wahyu 21:2).
Nama Allah
Bilamana kita telusuri “Nama Sang Pencipta” mulai dari Kejadian sampai Wahyu, maka di dalamnya banyak sekali ungkapan yang dinyatakan tentang “Nama-Nya.” Nama yang pertama kali muncul di Kejadian 1:1-2:4a adalah “Allah.” Alkitab Ibrani menyebutnya dengan Elohim. Alkitab Septuaginta menamakannya dengan Theos. Alkitab bahasa Inggris memanggilnya “God.” Alkitab Jawa, Sunda, dan Makasar menamainya dalam sebutan bahasa Arab, yaitu “Allah.” Alkitab Batak Karo menyebutnya “Dibata.” Alkitab Batak Toba juga mirip dengan Karo, yaitu “Debata.” Alkitab Toraja memanggilnya “Matua.” Alkitab Timor Dawan menyebutnya “Uisneno.”
Demikianlah diamati bahwa istilah “Allah” yang berasal dari bahasa Arab ini, tampil di dalam Alkitab untuk menggambarkan sifat dan kepribadian-Nya. Makna terutama istilah “Allah” yang tampil pertama kali di Kejadian 1:1-2:4a dalam ruang lingkup penciptaan planet Bumi dan segala isinya adalah Sang Pencipta dan Penguasa alam semesta. Inilah yang Paulus arahkan kepada orang Atena yang beribadah “Kepada Allah yang tidak dikenal” (Kisah 17:23).
Allah yang orang Yunani tak kenal ini adalah “dewa” orang Yunani (17:22). Paulus menyatakan selanjutnya, bahwa Allah yang tidak dikenal itu adalah “Sang Pencipta langit dan bumi yang tidak tinggal di kuil-kuil buatan manusia, karena Dialah Sumber hidup semua orang” (17:23-25). “Itulah sebabnya dalam budaya orang Batak, konsep Sang Pencipta dan Penguasa ini disebut dengan “Ompu Si Mula Jadi Na Bolon” [artinya, Leluhur yang menjadi Sang Pencipta Yang Mahakuasa]. Demikian juga, di wilayah Indonesia Timur, istilah yang sama muncul, yaitu “Si Empung,” dan juga “Tete Manis.” Nama “Allah” disebut atas dasar pengertian fungsi-Nya sebagai “Satu-satunya Sang Pencipta Yang Hidup Kekal.”
Berdasarkan konsep “Nama” dalam arti kepribadian yang mengartikan sifat, tabiat dan kuasa Sang Pencipta dan Penguasa, maka muncullah banyak Nama-Nya sesuai sikon dan kebutuhan umat manusia mulai dari Kejadian 1 sampai dengan Wahyu 22. Kita sudah mulai dengan dua nama yaitu Allah dan YHWH. Selanjutnya, masih banyak lagi nama yang tampil di Alkitab.
“Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan Bumi” (Kejadian 14:19-22).
“Akulah perisaimu, upahmu sangat besar” yang dalam hal ini muncul sebagai “Tuhan [Adonai]” untuk pertama kali (15:1-2).
“YHWH kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau” (16:5).
“Engkaulah El-Roi” yang artinya “Allah telah menilik aku.” Allah adalah Yang Memperhatikan atau Si Pemerhati atau Sang Pemelihara (16:13).
“Akulah Allah Yang Mahakuasa [El-Shadai]” (17:1).
“YHWH menyediakan [Yehowah jireh].” Allah Yang Menyediakan segala kebutuhan (22:14).
“YHWH adalah Allah Yang Empunya langit dan Yang Memanggil.” Allah adalah Pemilik alam semesta (24:7).
“Aku menyertai engkau, melindungi engkau dan membawa engkau ke mana saja” [Immanuel]. “Ini adalah Rumah Allah yaitu gerbang Sorga” [Baitel] (28:15-19).
“Allah Yang Disegani dan Yang Menjadi Saksi” (31:42, 50).
“Yang Mahakuat,” “Gunung Batu Israel” (49:24).
“YHWH itu Pahlawan perang,” “Siapakah seperti Engkau [Mikhael]” (Keluaran 15:3,11).
“Panglima Balatentara YHWH” (Yosua 514).
“YHWH adalah Gembalaku” (Mazmur 23).
“YHWH adalah Terangku dan Keselamatanku” (27).
“Penasihat Ajaib,” “Allah Yang Perkasa,” “Bapa Yang Kekal,” “Raja Damai” (Yesaya 9:5).
“Yang Mahakudus, Allah Israel” (Yesaya 10:20).
“Allah semesta langit,” “Allah Yang Mahabesar,” “Yang Hidup Kekal,” “Sorgalah Yang mempunyai kekuasaan,” “Raja Sorga,” “Raja segala raja,” “Allah yang mengatasi segala allah” (Lihat Daniel 2, 4, 8 dan 11).
“Yang Ada dan Yang Sudah Ada dan Yang Akan Datang,” “Aku adalah Alfa dan Omega,” “Yang Pertama dan Terkemudian,” “Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 1 dan 22).
Dan tentunya masih banyak lagi di dalam Alkitab.
Kesimpulan
Apa yang tampil dalam uraian di artikel ini, sangat erat hubungannya dengan doktrin ketuhanan yang sering disebut dengan “Trinitas.” Hal ini berhubungan erat dengan salah satu dasar kepercayaan Gereja . Nama Allah di dalam Alkitab berdasarkan ilmu keselamatan tampil sebagai Kepribadian. Isi dasar kepercayaan itu dapat dibaca sebagai berikut:
Ada SATU ALLAH yang demi fungsi ilmu keselamatan diberi panggilan Bapa, Anak dan Roh Kudus. KETIGA OKNUM KEALLAHAN ini merupakan SUATU KESATUAN YANG TUNTAS DARI TIGA PRIBADI KEKEKALAN yaitu SATU SIFAT, SATU TABIAT, SATU MISI DAN SATU TUJUAN. Istilah umum di seputar dunia Kristen sering disebut TRINITAS. Sebutan Allah dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan Kepribadian. Dengan demikian, Allah itu kekal, Mahatahu, Mahatinggi, Mahakuasa, Mahahadir dan abadi.
Allah itu tidak dapat dibatasi oleh ruang maupun waktu, karena keberadaannya di luar batas kemampuan pikiran manusia, namun demikian Allah dapat dikenal melalui Penyataan Diri-Nya Sendiri, teristimewa melalui Yesus Kristus sebagai Firman Allah yang menjadi Manusia. Allah sajalah yang layak untuk disembah selama-lamanya, diagungkan serta dilayani oleh seluruh ciptaan-Nya. Nama-Nya istimewa, spektakuler dan luar biasa, Satu-satunya Yang Patut dihormati (Ulangan 6:4; Matius 28:19; 2 Korintus 13:14; 1 Peterus 1:2; 1 Timotius 1:17; Wahyu 14:7; Ulangan 29:29; 1 Raja-raja 8:27; 2 Tawarikh 6:18; Ayub 11:7-9; Roma 11:33-36; Yohanes 1:1-18; Yesaya 66:1-2; Kisah 7:44-50; Mazmur 111:9).